Jembatan
Suramadu dengan panjang 5.438 meter tercatat sebagai jembatan terpanjang di
Asia Tenggara (hingga saat ini), Suramadu-pun diyakini bakal menjadi landmark
dan icon Indonesia.
Gagasan Suramadu berawal pada 1960-an saat guru
besar dari ITB (Intitute Teknologi Bandung) Prof Dr Setyadmo (alm) mengusulkan
terobosan berani di zaman itu, yaitu menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatera.
Ide gila itu mendapat respon berbagai pihak, dan pada 1965 dibuat desain oleh
ITB jembatan melintasi Selat Madura tersebut.
Gagasan dan konsep pengembangan jembatan
antarpulau tersebut, tahun 1986 dikemukakan kepada penguasa orde baru saat itu,
Soeharto. Namun, meluas tidak hanya menyatukan Pulau Jawa dan Sumatra saja,
tapi juga Pulau Jawa-Madura dan Jawa-Bali, dikenal dengan nama Tri Nusa Bima
Sakti.
Menristek, Kepala BPPT saat itu, B.J. Habibie,
mendapat tugas untuk mengkaji pembangunan tiga jembatan spekatakuler menyatukan
Pulau Sumatera dan Jawa, berikutnya Pulau Jawa dan Madura serta Pulau Jawa dan
Bali.
Dari tiga jembatan melintasi selat yang
menyatukan pulau satu dengan lainnya itu, secara teknologi dan finansial, tahap
awal lebih memungkinkan menyatukan Pulau Jawa dengan Madura. Jembatan sepanjang
lebih dari lima kilometer di Selat Madura itu dibangun dengan kontruksi
konvensional berupa tiang pancang beton dengan bentang tengah berupa konstruksi
gantung seperti halnya golden gate di San Fransisco, AS.
Sementara pembangunan jembatan di Selat Sunda, memerlukan dana besar dan teknologi mumpuni (sepanjang sekitar 26 km). Sedangkan jembatan yang menyatukan Jawa dan Bali, selain palung di Selat Bali dalam yang memerlukan teknologi khusus, juga adanya tentangan dari pemerintah dan masyarakat Pulau Dewata, yang kuatir arus urbanisadi dari Jawa ke Bali makin tinggi.
Namun, pecinta lingkungan berdalih lain, jembatan
Jawa-Bali akan merusak habitat burung endemis Jalak Bali (Leucopsar
rothschildi) yang hanya ada di Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Pasalnya,
jalan akses jembatan melintas Selat Bali tersebut menembus atau membelah
kawasan TNBB.
Akhir tahun 1980-an, ide pembangunan jembatan
Suramadu (Surabaya-Madura) terus bergulir. Keinginan merealisasikan jembatan
Suramadu makin mengebu, pada awal tahun 1990-an dimana gubernur Jatim saat itu
dijabat Soelarso, B.J. Habibie kembali menggulir rencana pembangunan jembatan
melintasi Selat Madura.
Ini seiring dengan dikukuhkannya pembangunan
jembatan Suramadu sebagai jembatan nasional melalui Keputusan Presiden, Nomor
55 Tahun 1990.
Di Era Gubernur Soelarso, mulai melakukan pembebasan
lahan di sisi Surabaya maupun Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura. Perjalanan
jembatan Suramadu tertatih-tatih, dimana saat gubernur Jatim dijabat Basofi
Soedirman, pada akhir masa jabatannya dan Habibie menjabat presiden di awal
orde reformasi, wujud fisik jembatan belum juga tampak.
Baru saat Presiden digenggam Megawati
Soekarnoputri-lah pada 20 Agustus tahun 2003, wujud fisik pembangunan jembatan
Suramadu mulai tampak. Selebihnya pemerintahan SBY tinggal melanjutkan dan
merampungkan mega proyek fenomenal tersebut.(syaf)
gambar diambil dari beberapa sumber
0 Komentar